Dayang Sumbi mendatangi rumah sahabatnya Dewi Sri. Sudah lebih dari setengah jam yang lalu dia curhat pada Sang Dewi.
“Dewi.... tolongin dong. Masak kamu tega sih membiarkan sahabatmu ini hidup sendirian dalam kesunyian”.
“Lha terus nyong musti bagaimana Sum? Nyong kan sudah bilang sama sampeyan. Jangan gampang esmosi, eh.... emosi. Sangkuriang berbuat seperti itu kan gara-gara dheweke sayang sama sampeyan, dia pingin berbakti pada ibunya. Ini kok tanpa tedeng aling-aling langsung main getok kepala pakai centong nasi. Centongnya dari batu lagi. Masih untung sampeyan ndak dilaporkan Sangkuriang atas tuduhan pelanggaran undang-undang perlindungan anak”. Dayang Sumbi cuma terisak-isak sambil menunduk, meremas-remas ujung selendangnya sampai kusut.
“Habis, Sangkuriang keterlaluan. Tumang itu biar kakinya empat, begitu-begitu kan dia suamiku. Notabene Bapaknya juga, cuma beda jenis aja.”.
“Nyong kan juga sudah pernah bilang sama sampeyan. Mbok orientasi seksual itu dibenerin. Jangan suka aneh-aneh. Ini kok sukanya nyleneh berhubungan sama hewan. Ndak lazim. Laki-laki kan banyak? Rasain sendiri kalau begini kejadiannya”. Dayang Sumbi malah senyum-senyum sambil agak malu-malu.
“Habis, menurutku yang enak begitu”. Dewi Sri cuma geleng-geleng kayak lagunya Project Pop.
“Sampeyan ini kan cantik. Sexy dan aduhai. Mulai sekarang coba inyaf, yang normal-norma aja”.
“Iya tapi sama siapa? Dewi tahu kan kalau aku ini orangnya pemalu. Mangkanya tolong carikan dong. Kenalin kek. Jodohin kek. Sekarang kan jamannnya jodoh-jodohan kayak acara reality show anak muda di TV itu”. Dewi Sri berpikir sejenak.
“Nyong punya kenalan, sepertinya cocok buat sampeyan. Dia juga baru patah hati. Asalnya dari Klaten Jawa Tengah. Nyong bisa bantu sampeyan buat janjian terus kenalan sama dia. Kalau sudah kenalan selanjutnya saya serahkan semuanya sama sampeyan”. Dayang Sumbi mengangguk
“Oke, kira-kira kapan kami bisa ketemu?”. Dayang Sumbi sepertinya tidak sabar atau penasaran. Dewi Sri lalu melihat agendanya.
“Mungkin minggu depan. Selama seminggu sampeyan bisa siapkan segala sesuatunya. Inget, jangan sampai malu-maluin”. Dayang Sumbi mengangguk senang, wajahnya langsung sumringah.
“Terima kasih Dewi. Oh ya, ngomong-ngomong namanya itu siapa?”.
“Bandung Bondowoso”. Dewi Sri menyebutkan sebuah nama.
Rabu, 11 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar