Rabu, 11 Juni 2008

Second Story : Dongeng Sebelum Nglindur

Malin Kundang mengendap-ngendap di antara pepohonan hutan. Langkahnya mendekat ke arah tempat suara riuh rendah gadis-gadis itu berasal. Hari itu cuaca cerah dan sedikit berawan, bukan perawan. Tumbennya tidak satupun hewan yang nampak di hutan itu, apalagi anggota dewan. Lagian ngapain anggota dewan di tengah hutan? Di ruang sidang aja jarang hadir, apalagi di tengah hutan? Malin Kundang memanjat pohon yang dipilihnya. Yang menurutnya agak representatif untuk mengintip ke tengah telaga. Ternyata benar, tujuh bidadari sedang mandi dan bermain air di tengah telaga. Bodynya jangan ditanya lagi bagaimana, semlohai nan aduhai. Membuat jakun Malin Kundang naik turun. Alhamdulilah, ujarnya dalam hati. Malin Kundang coba memperbaiki posisinya. Sayangnya kakinya malah menginjak kotoran tupai yang kebetulan menempel di batang pohon. Malin Kundang langsung terpleset. Terjungkal dengan gaya akrobatik yang buruk. Seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa batang pohon, terpleset kotoran tupai pula. Suara krosak dan gedebum membuat tujuh bidadari terkejut. Mereka buru-buru mengambil selendang untuk menutupi bagian yang perlu ditutupi. Bidadari selendang ungu langsung berteriak ke arah Malin Kundang.
“Hei Malin Kudang, sedang apa di situ? Harusnya kan Jaka Tarub yang ada di situ?”. Malin Kundang dengan agak malu-malu keluar menunjukkan batang hidung dan batang pohon yang menimpanya tadi.
“Maaf Kakak. Biasa. Salah setting”. Setelah meminta maaf Malin Kundang kemudian berlalu dari situ. Agak tengsin juga dia. Di tengah jalan Malin Kundang malah bertemu Jaka Tarub.
“Hei Bung, cewek-ceweknya masih disana?” Tanpa basa-basi Bung Jaka langsung menyongsongnya dengan pertanyaan.
“Masih kakak... “, Jawab Malin.
“Tadi ngintipnya dari sebelah mana?”. Bung Jaka sepertinya sudah tidak sabar.
“Dari sebelah sana Kakak, aman kok... “. Malin menunjuk tempat dia mengintip tadi.
“Waseeek. Thanks Bung.... “.
“Eh, tapi jangan ngintip di atas pohon Kakak”. Malin Kundang memberi saran.
“Lho, memang kenapa Bung?”. Jaka Tarub malah heran.
“Banyak kotoran tupai”, Jawab Malin pendek.
Jaka Tarub cuma bengong.

Tidak ada komentar: