Senin, 14 Juli 2008

The Profiler (The Beginning)

Rasanya baru seperti kemarin lulus kuliah. Layaknya orang-orang lulus SMA, Aku sibuk cari-cari tempat kuliah. Setelah gagal dengan sukses di UMPTN, diriku mulai coba-coba daftar ke Universitas Swasta. Akhirnya pilihanku jatuh ke Universitas Jiwa Jaya. Aku coba ambil jurusan hukum. Aku tidak mendasarkan pilihanku pada suatu minat atau cita-cita tertentu. Diriku hanya mendasarkan pilihan itu pada feeling. Jadi bisa dibilang, itu hanya sebuah pilihan spontan. Singkat kata, jangan pernah tanya alasanku masuk Hukum.
Tes ujian masuk lancar tanpa halangan. Cuma begitu masuk, lumayan kaget juga. Ya Tuhan, uang gedungnya mahal cing. Untungnya bokap punya persediaan tabungan cukup.
Ahhh.... Rasanya begitu nggak sabar buat kuliah. Tapi sebelum masuk sepertinya harus ikut Ospek dulu. Waktu daftar OSPEK, aku bertemu Kampret. Kampret ini teman satu SMA dulu. Penampilannya agak berantakan, tapi sorot matanya tajam. Memberi kesan adanya kharisma yang eksentrik. Nama aslinya Adi Pradana, tapi gara-gara di teater SMA dulu dia sukses memerankan tokoh gelandangan bernama Kampret, nama aslinya pelan-pelan tenggelam. Tampang Kampret sebetulnya lumayan. Hidungnya mancung, dengan rambut agak gondrong. Bisa dibilang mirip Ekin Cheng. Seperti biasa Kampret menggandeng Mita, pacarnya dari jaman SMA dulu. Gosipnya mereka sudah tinggal serumah, padahal belum nikah. Nanti kita bisa kroscek di belakang.
“Hai Pret, ternyata ikut masuk sini juga?”. Aku coba menyapanya. Tadinya Aku ingin menjabat tangannya, tapi gara-gara kulihatnya tangannya habis dipakai mengupil terpaksa niat itu aku urungkan. Kampret sendiri malah cuek mengusap-usapkan bekas upil itu ke bajunya
“Kamu sudah daftar OSPEK? Daftarnya dimana sih?”. Kampret menggeleng santai
“Kalau aku tahu, mending aku daftar sendiri dari tadi”, ujar Kampret cuek.
“Weleh”. Aku cuma bisa geleng-geleng. Sikap cueknya itu memang kadang kerap membuat orang mengelus dada. Sementara Mita di sebelah Kampret cuma cekikikan melihatku.
Fakultas hukum Universitas Jiwa Jaya bentuk bangunannya mirip gedung bundar kejaksaan agung. Bangunannya megah dengan arsitektur memutar, dan ada taman kecil di tengahnya. Berhubung bangunan itu bundar jadi agak kurang jelas mana bagian belakang, mana bagian depannya. Bangunannya sendiri ada tiga tingkat. Tangga dengan pola memutar menghubungkan tiap lantainya di kedua sisi bangunan. Sebetulnya ada empat tingkat, karena ternyata di bagian bawah ada basement untuk perpus yang justru mirip bunker tempat persembunyian Saddam Hussein. Mahasiswa banyak yang lalu-lalang. Tak jarang mereka bergerombol memadati lorong-lorong kampus. Banyak juga yang berdesakan memadati papan pengumuman. Sepertinya papan pengumuman memang banyak fansnya.
Akhirnya setelah mengamati arus manusia dan sekitarnya, ketemu juga tempat pendaftarannya. Asli, penuhnya ngaujibilah. Apa boleh buat, kami terpaksa turut berdesak-desakan. Untung sebelum kehabisan napas Aku dan Kampret sudah selesai daftar. Selanjutnya, rasanya lebih enak kalau langsung ke Kantin buat beli minum. Kantin Kampus ada di bagian luar gedung fakultas. Ospek masih seminggu lagi.

1 komentar:

Sri Sapto Bimo Haryana mengatakan...

wa mengenang masa muda yang lalu ya...

hemm...