Acara Makrab diadakan di Kaliurang. Kaliurang bisa di bilang puncaknya Yogya, dekat Gunung Merapi. Peserta Makrab di suruh kumpul di halaman depan kampus. Teman-teman kelompokku janjian kumpul di dekat pintu masuk, tapi ternyata Sampai di sana Aku belum melihat satu orangpun. Aku jadi celingukan seindiri.
Selagi penasaran begitu rupa, bahuku tiba-tiba di tepuk dari belakang. Sesosok cewek bening berbadan semok menyapa.
”Hei, kamu anggota kelompok 8 juga yah?”. Pelan aku mengangguk, jiwaku masih kabur dari raganya gara-gara kaget barusan.
“Yang lain mana? belum datang yah?”, cewek itu memandang sekelilinganya. Cewek ini mulai dari muka sampai body betul-betul aduhai, mirip Titi Kamal. Cuma rambutnya lebih pendek. Rambut sebahu seperti Dora the explorer.
Aku mengangkat bahu,” Ngga teu deh kite.....”.
“Eh kamu bawa motor kan?”. Cewek itu bertanya lagi.
"Bawa, memang kenapa?".
“Kebetulan aku dapat tugas buat bawa kayu bakar nih, nah kayu bakarnya tadi ketinggalan di kosku. Aku tadi sempat minta tolong Mas Yanto diantar balik ke kos buat ambil kayu bakar itu, terus dia bilang mau ambil absen kelompok kita dulu di koordinator panitia, eh sampai sekarang kok belum balik-balik Kamu tolong aku yah? Antar aku balik ke kos bentar ambil kayu bakar......yah? Mau yah? ”.
“Ok deh yuk, siapa takut?”. Ringan aku menjawab.
Cewek itu jadi berseri-seri. Aku sendiri diam-diam cukup bersyukur juga. Lumayan dapat kenalan satu lagi yang bening.
Beberapa menit kemudian motor dengan nomor plat AB 3577 NU meluncur mesra. Rasanya tidak enak kalau diam saja. Aku coba memulainya.
“Berapa banyak kayu bakarnya neng?”.
“Ih…. kok neng sih?”.
“Mangkanya kenalan dulu dong…….”.
“Namaku NINA, kamu siapa?”.
“Nung...”.
“Nung apa? NUNGging?”, ujarnya cekikikan.
Buset! Berani-beraninya ngeledek, pikirku
“Jangan marah yah Nung, just kidding kok..”, Nina menetralisir.
“Aku nggak bisa marah sama cewek cakep Nin, o iya ngomong-ngomong Nina asalnya dari mana?”.
“Kalimantan.....”.
“Kok jauh banget?”.
“Yaaaah, cari pengalaman Nung. Coba-coba merantau biar wawasan tambah luas. Sekali-sekali mandiri, eh itu belokan belok kiri yah....”, Nina memberi aba-aba.
Aku berbelok dan berhenti di depan kos-kosan Nina. Sebuah rumah besar bertingkat dua. Catnya berwarna kuning cerah. Aku bisa lihat dari luar pagar, halamannya lumayan luas. Pot-pot berisi tanaman adenium beraneka ukuran, besar dan kecil ditata rapi di situ. Nina menggeser pintu pagar.
“Masuk ke dalam yuk, bantu angkat kayu bakarnya yah?”. Aku mengikutinya masuk. Kos-kosan itu suasananya agak terbuka. Aku mengangkat kayu bakar yang terikat jadi satu dekat pintu kamar Nina. Ada tiga ikat di situ. Semuanya langsung dibawa sekaligus
Senin, 21 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar